“Buat saya, Bos bukanlah sosok yang tak dapat dijangkau bawahan” Rumman (26), Pekerja Retail, anak buah Riri (39)
Dari dulu saya menanamkan pikiran bahwa bos bukanlah sosok yang perlu ditakuti. Saya tak pernah mengkotak-kotakkan diri bahwa bos merupakan seseorang yang tak dapat saya jangkau sebagai seorang bawahan. Dan itulah tampaknya yang bisa bikin hubungan personal saya dengan para atasan, termasuk dengan Mbak Riri, bisa terjalin dengan sangat baik,” Rumman memulai ceritanya. “Mbak Riri dan saya sering sekali curhat tentang masalah keluarga dan kami sangat nyambung. Mungkin karena sama-sama punya dua anak laki-laki, jadi masalah yang kami hadapi di rumah pun hampir serupa, hahaha. Cerita soal pasangan masing-masing pun kerap jadi bahan obrolan yang seru.”Rumman berujar lagi, “Dekat dengan atasan itu merupakan nilai plus dalam suatu pekerjaan. Untuk mencapai ke level itu, seorang bawahan memang harus punya karakter yang asyik diajak berbagi soal masalah personal, tapi juga fleksibel dan tahu kapan harus bekerja profesional. Yang lebih penting lagi, jangan pernah memaksakan untuk dekat dengan atasan tersebut. Saya pun saat pertama kali kenal Mbak Riri tidak langsung akrab. Malas juga kalau mau sok-sok dekat, hahaha. Semua itu pada akhirnya akan berjalan secara alami, tanpa boleh dipaksakan.”“Seperti yang saya bilang tadi, buat saya bos bukanlah sosok yang ‘tak terjangkau’. Tapi di lain pihak saya yakin bahwa di luar sana terdapat banyak karakter-karakter bos yang memang tak dapat dijangkau oleh bawahannya. Namun bukan berarti hubungan kita dengan bos jadi buruk. Bos seperti itu hanya tak dapat dijadikan teman, itu saja. Selebihnya, hubungan profesional harus tetap terjalin baik. Bisa dibilang pula, kadang kedekatan dengan atasan tergantung pula pada faktor keberuntungan. Saya misalnya, beruntung bisa cocok dengan karakter Mbak Riri. Dan kata Mbak Riri, saya mirip sekali dengan sahabat dekatnya yang juga berulang tahun di hari yang sama dengan saya, baik dari segi karakter maupun fisik. Haha!”
Tip dari Bos
“Jika bos Anda tidak bisa didekati secara personal, jangan jadikan itu sebagai alasan untuktidak profesional dalam bekerja bersamanya.”
“Selisih 37 tahun tak halangi persahabatan di antara kami berdua” Maya (29), Pengacara, anak buah Ricky (66)
Hubungan kami sedekat anak dan ibu,” ujar Maya, “bahkan mungkin lebih dari itu, karena anak dan ibu biasanya tak pernah membicarakan hal-hal dalam ‘tanda kutip’, hahaha! Saya dan Bu Ricky bisa mengobrol soal masalah keluarga. Tak jarang ia memberi solusi masalah-masalah pribadi saya. Jarak usia 37 tahun tak halangi persahabatan kami. Justru, ia jadi orang yang bisa ngemong saya di kantor ini.” “Kami bisa dekat karena saya intens bercerita dan bertukar gosip dengan Bu Ricky. Saya dan beliau bertemu pertama kali empat tahun lalu saat saya mulai bekerja di kantor ini. Kami mulai dekat dua tahun lalu. Malah, setahun terakhir ini kami makin akrab akibat sering terlibat proyek bersama. Di luar kantor, kami jadi sering berkirim BBM, telepon, dan lainnya. Dengan bos-bos lain, saya tak sampai sedekat ini,” tuturnya lagi. Ia lalu menambahkan, “Hubungan personal yang sudah terjalin dekat justru bikin permasalahan dikantor jadi mudah diselesaikan. Misalnya Bu Ricky tidak sreg dengan cara kerja saya atau sebaliknya, kami bisa lebih mudah mengkritik satu sama lain tanpa ada embel-embel sakit hati. Saat Bu Ricky tak kunjung membalas email, saya lebih enak menagih, bahkan lewat BBM. Bayangkan jikakami tak akrab, pekerjaan takkan selancar ini.”“Saya pernah dengar ada yang bilang, ‘Wah, si itu dekat dengan atasan cuma buat menjilat deh!’ Untungnya saya tipe yang cuek, haha. Lagipula, lama-lama semua akan terlihat mana yang tulus berteman, mana yang menjilat. Tak bisa dibohongi,” tandas Maya.
Tip dari Bos
“Tak ada salahnya untuk dekat dengan atasan, agar Anda merasa tak sendirian hadapi pekerjaan yang penuh tekanan.”
“Sayaa memang mudah akrab dengan atasan” Mercy (35), Karyawan Bank, anak buah Titin (40)
Selain sebagai atasan, Mbak Titin merupakan teman yang enak diajak berbagi cerita,” Mercy memulai ceritanya, “mampu bercerita masalah pribadi kepada atasan ternyata membawa dampak positif pada kinerja profesional kami. Gara-gara sering curhat masalah pribadi, curhat soal pekerjaan pun jadi lebih enak. Kami juga sering makan bareng, menonton film, bahkan traveling bersama.” Mercy ceritakan, “Pada dasarnya saya memang tipe orang yang mudah menjalin hubungan baik dengan atasan,” lanjut Mercy, “tapi Mbak Titin adalah yang paling dekat jika dibanding dengan atasan-atasan terdahulu. Walaupun demikian, saya tahu bagaimana cara menempatkan diri, kapan jadi seorang bawahan dan kapan jadi teman. Masalah pribadi dan profesional tidak pernah saya campur aduk jadi satu.
Tip dari Bos
“Dekat dengan bos tak berarti bebas dari teguran. Dan teguran profesional tidak boleh Anda bawa sakit hati secara personal.”
“Saya dianggapnya seperti adik sendiri” Vania (24), dokter Gigi, anak buah Endah (33)
Sebagai pemilik klinik gigi tempat saya bekerja, Dokter Endah merupakan atasan yang mampu merangkul para anak buahnya. Ia lakukan itu agar hubungan kerja jadi enak,” Vania awali kisahnya. “Dokter Endah bilang, saya dianggapnya seperti adik sendiri. Ia selalu terbuka dan mau mendengarkan keluh kesah saya. Makan hingga karaoke bersama pernah kami lakukan. Kejenuhan di klinik terobati berkat ada dia yang bisa saya ajak melepas uneg-uneg,” ucap Vania. “Awal bekerja di sini, saya sering cerita masalah pasien padanya, dan ia pandai dalam memberi solusi. Saya lalu berpikir, ‘Wah, jangan-jangan dia juga bisa saya andalkan untuk memberi solusi masalah pribadi saya.’ Ternyata itu terbukti! Mungkin juga karena jarak usia kami yang cukup jauh, ia jadi lebih kaya akan pengalaman hidup.”
Tip dari Bos
“Saat melanggar aturan kerja, bawahan tak boleh berlindung pada status ‘teman’. Tetap profesional!”
“Bos saya pindah kerja, Saya ikut!” Anne (28), Account Executive Surat Kabar, anak buah Kristina (35)
Kami memang bersahabat dekat!” ujar Anne antusias. “Saya dan Mbak Kristina sering belanja bersama, nongkrong bareng, makan, dan yang paling sering pastinya curhat. Sebenarnya kami telah saling mengenal satu sama lain sebelum sama-sama bekerja di kantor ini. Mbak Kristina merupakan atasan saya di kantor yang lama! Hahaha. Ya, sebelumnya kami bekerja bareng di kantor lain. Mbak Kristina lalu memutuskan untuk mengundurkan diri dan pindah ke sini. Saking akrabnya, saya tak mau ditinggal sendirian di sana dan akhirnya memutuskan juga untuk pindah kerja ke tempat yang sama. Haha!”“Di kantor lama kami tersebut, kami butuh waktu sekitar tiga bulan untuk bisa seakrab sekarang. Dari awal kenal, kami memang sudah sering jalan bersama, sehingga kedekatan pun terjalin sejak awal kami ditempatkan di satu tim. Bahkan, keakraban ini sempat mengundang komentar orang-orang sekitar yang bilang Mbak Kristina sebagai seorang manajer kurang profesional akibat terlalu dekat dengan bawahannya. Padahal orang-orang itu tak tahu bahwa saat saya tak berhasil mencapai target kerja, Mbak Kristina akan mengamuk pula jam 12 malam. Haha! Sebagai teman ia memang sangat bersahabat, tapi sebagai bos pun tak kalah profesionalnya,” lanjut Anne. “Dan Mbak Kristina merupakan atasan pertama yang bisa sedekat ini dengan saya. Dulu rata-rata saya punya atasan yang sangat bossy atau yang memang tidak enak dijadikan teman. Saya percaya bahwa karakter atasan itu memengaruhi kita sebagai bawahan untuk bisa dekat atau tidak. Saya beruntung, karena Mbak Kristina sama sekali tidak bossy, serta bikin saya nyaman saat berinteraksi dengannya secara personal,” ceritanya. Ia menambahkan, “Bisa dibilang, bos saya yang satu ini sudah jadi ‘zona nyaman’ bagi saya, terlepas dari sisi baik maupun buruknya. Artinya, performa kerja saya benar-benar bisa meningkat drastis saat bekerja di di bawah pengawasannya. Dan jika ia berencana pindah lagi ke tempat kerja lain suatu hari nanti, kemungkinan besar saya juga akan ikut pindah lagi mengikutinya. Hahaha!”
Tip dari Bos
“Memang ada tipe atasan yang susah diajak ‘berteman’. Tapi jangan takut untuk memulai komunikasi personal dengannya.”
“Atasan saya memang galak, tapi loveable! ” Lidwina (22), Event Organizer, anak buah Juwita (31)
Selama beberapa hari, saya ‘terpaksa’ tinggal di kamar hotel yang sama dengan Mbak Juwita, atasan saya, ketika mempersiapkan sebuah acara di Bali pada penghujung 2011 lalu. Tak disangka, kebersamaan kami sebagai ‘teman sekamar’ ternyata sanggup bertahan hingga kini! Mbak Juwita sudah seperti kakak bagi saya, apalagi saya memang tidak punya kakak kandung. Apapun bisa menjadi bahan pembicaraan yang sangat menarik. Biasanya saya bertanya tentang pekerjaan, gaya busana, pacar, bahkan juga tentang keluarga,” ujar Lidwina.“Belanja, karaoke, dan menonton film bareng adalah hal wajib ketika kami menghabiskan waktu senggang bersama,” Wina lalu bercerita, “kalau sedang ingin gila-gilaan, nongkrong bareng di bar pun jadi. Kami juga sering nonton konser bareng, yang terakhir adalah Kidung Abadi karena sama-sama pencinta Chrisye. Tapi kalau menyangkut tentang masalah pekerjaan, hubungan kami sangat profesional. Saya tidak bisa tiba-tiba curhat masalah pribadi ketika sedang bekerja. Mbak Juwita itu sangat galak, apalagi kalau acara yang kami selenggarakan sedang berlangsung. Kalau ada sedikit saja yang salah, pasti ia langsung menegur,” jelas Lidwina. “Usia perkenalan yang terbilang pendek dan perbedaan jabatan di kantor sama sekali tidak menghalangi kedekatan kami. Saya menyebut Juwita sebagai sosok yang loveable, sehingga membuat saya tidak sungkan bertanya tentang apapun. Saya butuh penyesuaian yang banyak di dunia ini. Menurut saya, kami menjadi dekat karena dia adalah sosok atasan yang mau membuka diri dan bertanya kesulitan apa yang saya alami,” tandas Lidwina. “Teman-teman sekantor pun tidak pernah merasa keberatan atas kedekatan kami. Apalagi, hubungan yang superakrab ini bikin saya lebih betah bekerja sini dan tugas-tugas yang bertumpuk pun bisa terselesaikan dengan baik,”tambah Lidwina.
Tip dari Bos
“Jika kini Anda dekat dengan atasan, jadikan ia sebagai contoh. Saat Anda jadi bos suatu saat nanti, jagalah pula hubungan baik dengan orang di bawah Anda!”
Posting Komentar