Mantan TKI Taiwan ini tercatat dua kali bekerja sebagai TKI di Taiwan. Pertama , ia bekerja ke Taiwan pada 1999. Ia bekerja sebagai pengasuh orang jompo, dan kontrak kerja pertamanya berakhir pada 2001. Kedua, tahun 2007 dia kembali lagi ke Taiwan bekerja sebagai perawat,
“Saat di Taiwan, aku mendapat gaji Rp 4,5 juta perbulan, sebagian aku kirimkan ke Indonesia untuk modla usaha, sebagian lagi untuk biaya hidup saya di Taiwan,” cerita Berti yang ditemui beberapa waktu yang lalu.
Uang yang dikirimkan ke tanah air inilah yang kemudian digunakan untuk membeli tanah untuk usaha.
Namun kesuksesan yang dia capai sekarang tidak dia dapatkan dengan mudah, dia berulang kali mengalami kegagalan hingga menyebabkan dia kembali lagi pada tahun 2007.
“Untuk pekerjaan kali ini, tidak sesuai harapan aku, pekerjaannya tidak sesuai dengan perjanjian kerja.aku protes dan pulang serta mengadu ke BNP2TKI, aku langsung bertemu dengan Pak Jumhur. Aduanku ini diterima baik oleh beliau,” jelas ibu dua anak ini.
Lalu dengan modal yang dia miliki ini, dia mulai merintis usahanya kembali. Berti membuka wartel selama beberapa tahun, wartelnya pun cukup ramai, namun usahanya ini mulai sepi lantaran mulai maraknya handphone.
Berti kemudian merintis usaha lain, ia membuka jual beli motor China. Namun usaha tersebut tidak berjalan lama karena maraknya persaingan jual beli motor. Wanita yang peduli dengan TKI ini akhirnya membuka usaha rumah makan, sampai sekarang rumah makannya masih berdiri dan lumayan laris.
Berti lantas melihat peluang lain, dia pun membuka konter HP. Secara tidak diduga konter yanng dibukanya ini mengalami kemajuan yang cukup pesat. Banyak pelanggan dan pembeli di konter HP nya.
“Setiap harinya puluhan orang belanja di konter saya. Karena banyak pelanggan, omset toko saya mencapai Rp 600 ribu sampai Rp 1,5 juta perharinya,” terangnya.
Konter-konter HP mililik Berti kini berjumlah 100 kios yang tersebar di Lampung Timur dan Lampung Selatan. Selain melayani jual beli HP, pulsa, aksesoris, konter HP miliknya juga melayani jasa servis HP.
“Setiap bulan omset kios HP ini mencapai Rp 20 juta – Rp 30 juta. Bagi saya ini sudah lebih dari cukup,” ujar Betty sambil menunjuk ruko 2 lantainya yang bergaya modern minimalis itu.
Posting Komentar